Lamongan | matajawatimur.com – Ratusan jamaah Masjid Dawatul Falaah Desa Tambakrigadung, Kecamatan Tikung, Lamongan, menggelar demo buntut pengambil alihan kepengurusan Masjid oleh sebuah yayasan, Kamis (28/7/2022).
massa berkumpul di timur balai desa menuntut agar yayasan dibubarkan dan pengurus juga dibubarkan semua.

Massa yang di dominasi perempuan itu mendatangi Balai Desa Tambakrigadung
Dengan membentangkan spanduk dan membawa mobil pikap dengan pengeras suara untuk mendukung aksi mereka saat sedang digelar mediasi.
yang dipermasalahkan oleh mereka adalah soal kepengurusan masjid yang dibentuk oleh yayasan. “Selama diketuai pak Mansyur, para jamaah tenang dan rukun. Anak diajar ngaji sampai sekarang mereka sudah besar semua,” kata Lina, salah seorang warga.
Pergantian pengurus masjid oleh pihak yayasan yang dinilai sepihak juga dipersoalkan warga, karena memicu keresahan di tingkat jemaah masjid.
Aksi sempat ricuh, karena pengurus yayasan ngotot terbentuknya yayasan berdasarkan undang-undang.
“Jadi kami ini atau yayasan itu dilindungi oleh undang-undang,” tandas Ketua Yayasan, Hartono.
Penjelasan panjang lebar Hartono langsung disergah dengan ucapan “Bubarkan, bubarkan,” teriak salah satu warga di balai desa setempat.
Ratusan jemaah Masjid Dawatul Falaah tetap bertahan di luar pagar meski ada imbauan dari Kapolsek Tikung AKP Bambang maupun Kiai Mansyur untuk meninggalkan tempat dan pulang ke rumah masing-masing.
Aksi warga sempat berlangsung panas ketika proses mediasi di balai desa setempat yang dihadiri dua kubu, perwakilan warga dan yayasan serta perangkat, Forkopimcam.
Warga marah sambil berteriak. Bahkan, warga yang berkumpul di luar balai desa juga sempat panas dengan berusaha masuk ke dalam balai desa. Beruntung polisi yang ada di lokasi mampu meredam amarah warga.
Aksi protes warga ini mereda dan bubar setelah dalam proses mediasi diketahui kalau status tanah dan masjid adalah milik NU.
Ketua Tanfidz Nahdlatul Ulama Lamongan, Supandi didampingi dua pengurus MWC NU mengungkapkan, bahwa tanah yang diatasnya berdiri bangunan masjid itu milik NU.
Ini bukti sertifikatnya, jadi ini milik NU. Yang ngurusi juga NU,”tegas Supandi.
Dengan begitu persoalan Masjid Dawatul Falaah yang memegang adalah NU. Jadi, kata Supandi, sementara yang akan mengisi, jadwal imam maupun khotib dari NU.
“Saya tidak mau tahu ada yayasan. Silakan yayasan urusan sendiri,” tegasnya.
Bukti yang ditunjukkan Supandi, akhirnya mematahkan pihak yayasan dan tidak lagi bisa berargumen.
Sementara para perwakilan jamaah juga puas dengan penjelasan Ketua Tanfidz NU. Dan itu yang bisa diterima oleh jemaah masjid.
Mediasi berakhir dan tidak lagi muncul suara sumbang dari masing-masing kubu.(Red)