LAMONGAN – Matajawatimur.com | Jenis kuliner dengan menu burung peruk ini mungkin satu-satunya di kabupaten Lamongan tempatnya pun lumayan jauh dari pusat kota, Adanya hanyalah disebuah warung sederhana, di Desa Keting, Kecamatan Sekarang, Kabupaten Lamongan ini, menyajikan kuliner burung peruk (teruk) atau sering disebut masyarakat lamongan, iwak manuk teruk, hasil tangkapan dari sawah.

Terletak di jalan poros penghubung kecamatan babat dengan laren tepatnya dekat gapura masuk desa keting sebelah selatan jembatan, warung ini sekilas bentuknya sama dengan warung lainya, Namun, bagi pecinta masakan rica-rica burung peruk, warung itu sangat dikenal dan khas. Karena masakan burung yang disajikan, merupakan burung liar, bukan burung hasil peternakan.
Tak jarang para pejabat tingkat kabupaten, kepolisian, anggota Dewan, menyempatkan singgah di warung tersebut, untuk merasakan lezatnya masakan rica-rica iwak manuk peruk itu.
“Banyak pejabat daerah yang sering singgah di warung kami, untuk menikmati rica-rica manuk teruk yang kami sajikan. Kadang mereka memborongnya, untuk dibuat oleh-oleh,” kata Mbak Riyah (45), pemilik warung manuk teruk, Selasa (04/10).
Tidak hanya menjual sajian jenis masakan burung. Jenis masakan yang dibuat cukup beragam, di antaranya Lodeh kuthuk, kare ayam, dan botok jambal. Namun, yang menjadi favorit adalah sajian rica-rica burung peruk, dengan nasi jagung atau nasi putih yang bisa diambil sendiri sesuai selera
Dengan hanya mematok harga Rp. 23.000 saja, seporsi menu rica-rica ini sudah disuguhkan bersama es teh porsi jumbo dan silahkan ambil nasi sepuasnya.
Mbak Riyah mengaku sudah berjualan rica-rica Burung Peruk ini kurang lebih 9 tahunan, Awalnya, dulu di Desa keting banyak masyarakat yang menjual burung hasil tangkapan dari sawah. Burung-burung itu merupakan hama pemakan padi milik petani. Saya kemudian membeli burung-burung itu kemudian dimasak rica-rica dan dijual kepada masyarakat. Ternyata, respon dari masyarakat sagat bagus, sehingga warung ini menjadi terkenal,” ujar Riyah.
Untuk mengganti burung sawah yang saat ini sulit didapatkan, biasanya dirinya mengganti dengan jenis burung puyuh yang dijual di pasaran. Namun, kurang diminati, karena rasanya yang cukup berbeda dengan burung liar dari sawah.
Kepala Desa keting Bapak Juari, saat kami konfirmasi tentang keberadaan warung rica-rica Burung Peruk mengatakan, bisa dibilang kuliner tersebut menjadi icon bagi desa kami, karena kalau sebelumnya orang hanya lewat saja, kini banyak yang mampir dan mengetahui kalau warung tersebut berada di wilayah desa keting kecamatan sekaran. Kami merasa berterima kasih kepada ibu Riyah yang telah membuat desa keting menjadi terkenal, Pungkasnya.(i1)